Sabtu, 18 Februari 2017

KEPADA PEMUDA NAIF YANG MEMBELENGGU DIRINYA DALAM PENCITRAAN POSITIF; MUHRODIN 'AM'

2 hari lalu, seorang ibu menelepon seorang pemuda yang telah mempermainkan anaknya selama dua tahun. Dan dengan rasa tidak bersalahnya, pemuda itu berkata, “Maaf, Anda salah sambung.”

Sadarkah engkau Tuan? Ibu itu ibuku, dia adalah seorang perempuan yang hendak meminta keadilan terhadap anaknya yang kini sedang memikul beban yang engkau ciptakan, apa hendak engkau mungkir dari kenyataan? Bukankah statusmu sebagai santri dan ustadz, harusnya mengerti bahwa mendzolimi orang lain itu DOSA? Mengambil hak orang lain itu DOSA, bukan? JADI TOLONG KEMBALIKAN UANG BUKU-BUKU YANG TELAH SAYA KIRIMKAN KEPADAMU DALAM SADAR DAN PAKSAMU. APA ENGKAU AKAN MENYANGKALNYA, SEDANGKAN BUKU-BUKU ITU ENGKAU JUAL KEPADA TEMAN-TEMAN SEPONDOKMU DAN HASILNYA KAUMAKAN SENDIRI, DAN ITU GRATIS DARIKU?! TIDAK PERNAH SALAH JIKA AKU MENAGIHNYA KINI. ENGKAU BILANG, “SAYA SUDAH TIDAK ADA HUBUNGANNYA LAGI DENGAN PENERBIT ITU.” HEI... SADARLAH, MASALAH APA YANG ENGKAU CIPTAKAN SAAT INI. NAMA BAIK SEORANG PEREMPUAN DIPERTARUHKAN UNTUK ORANG YANG DILINDUNGINYA, DIKASIHINYA SELAMA DUA TAHUN LEBIH ITU; ENGKAU TUAN! INGATKAH ENGKAU? Bagaimana jika ini terjadi pada keponakanmu kelak? Ingat, engkau punya banyak keponakan perempuan, bukan? Atau setidaknya pikirkan ibumu, jika anaknya ditipu lalu ingin memerjuangan keadilan bagi anaknya lalu menerima jawaban yang menyakitkan seperti itu? Ingat, dua tahun lebih beliau menyayangi engkau seperti anaknya sendiri, ingat juga dua tahun lebih beliau (terpaksa) ikhlas anaknya dipermainkan olehmu.

--------------------------------------------------------------------------------------

Untuk seorang pemuda naif yang membelenggu dirinya dalam pencitraan positif; MUHRODIN ‘AM’.

Jika saja bisa aku memutar waktu ke 2 tahun lalu, aku memilih untuk tidak dan tidak akan mau mengenalmu. Sekarang yang tertinggal di sini hanya luka dan ‘tanggungan’ yang seharusnya dibayar olehmu dan bukan semua tanggung jawabku. Di sini, aku terus melangkah meski tertatih memenuhi semua kewajiban, sedang engkau tertidur, makan enak tanpa beban. Adilkah ini, Tuhan?

Bukan aku menyalahkan takdir Tuhan atas keadaanku saat ini. Tapi ingatlah satu hal yang pasti, jika suatu saat engkau akan menerima karmamu sendiri. Dengan sadarnya engkau hinakan, campakkan, lupakan segala apa yang kau perbuat selama itu, Tuan? Apa memang sifat keluargamu seperti itu?

Maaf, sekali lagi maaf aku tak bermaksud menafikan nikmat Tuhan yang telah kuterima sejak engkau pergi dariku. Dicintai dan mencintai seorang laki-laki yang kini menjadi suamiku, dengan sabarnya, dengan ikhlasnya dia menerima dan menanggung semua beban yang engkau pikulkan terhadapku.

Tak kenalkah engkau akan dosa? Kepada semua keluarga, teman, sahabat satu pondoknya (apa perlu saya menyebut nama pondoknya juga?). Pasti, pasti akan saya lakukan cepat atau lambat. Jika masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan cara kekeluargaan, maka kita harus bertemu. Entah kapan, entah di mana. Tanggung jawabmu harus dipertanggung jawabkan.

Sebab salahku karena salahmu, dan untuk kalian yang sudah tahu kisahku ini dan pura-pura tutup telinga dan tetap menyalahkan atas apa yang terjadi, saya ucapkan terima kasih, dan semoga hal ini tidak terjadi pada diri kalian atau anak-anak kalian kelak.

Kepada SAUDARA MUHRODIN, SAYA MENUNGGU IKHTIKAD BAIK ANDA DALAM BULAN INI, JIKA TIDAK DIINDAHKAN JUGA, MAKA TERPAKSA SAYA MENUNTUT ANDA KE PONDOK BERSAMA KELUARGA DAN ORANG-ORANG YANG SEHARUSNYA ANDA TEMUI. []

Senin, 14 Maret 2016

Risalah Peri Kecil



 Mendung masih menawarkan kerinduan yang mendalam. Sembari menyesap hangatnya teh manis buatan ibunya ia masih menatap nanar foto kekasihnya; yang tak kunjung tiba. Aku iba, melihatnya menangis sepanjang malam. Saat ia menjemputku kemarin saat gerimis masih ritmis seiring rindunya yang teramat miris. Ah, aku ingin memelukmu, Nona!
Aku dapat melihat matamu yang sembab itu, biarpun kacamata itu sengaja kau pakai untuk menyamarkan genangan air mata yang dapat kurasakan pilunya.
"Aku keluar dulu ya, sama ibu kok, ada perlu sebentar, jangan lupa sarapan ya."
Itu pesan yang dia kirimkan pada Tuanku yang jauh di sana. Dan kudengar, Tuanku sebentar lagi berulang tahun. Tuan, saat kau memintaku ke sini, aku mulai bertanya-tanya apa maksudmu sebenarnya. Namun, sekarang aku tahu maksudmu, kau ingin aku menjaga nona manismu ini, bukan? Meski memang ini keterbatasanku, ia tak mungkin mengajakku keluar. Sejauh ini, ia baik-baik saja, meski ia sering tidur terlalu malam, sering menangisimu walau karena hal sekecil apa pun. Kau tahu Tuan, itu rasa tak ingin kehilangan yang tak bisa aku jelaskan.
Atau lebih tepatnya aku tak pernah tahu; tak pernah mengerti.
***
15 Februari 2016. Malam begitu larut, Nonaku masih saja memandangi layar handphone-nya, rupanya ia tengah melepas penat dengan bermain game. Jenuh juga. Kemudian kulihat dia membuka Tablet Pixcom Core Voiz 2-nya yang merupakan kado dari Bunda Melly, salah satu teman literasinya yang telah dianggap seperti bundanya sendiri.
“Hei, malam Mas, lagi di Gramed ya? Hati-hati ya pulangnya.”
“Iya ini lagi mampir di jalan makan dulu. Jangan lupa maem dan met istirahat ya,” rupanya Tuanku sedang ada di luar. Aih! Aku bisa menangkap rasa khawatir dari Nonaku ini.
“Iya, met maem ya, tadi beli buku apa?”
“Bernard Batubara sama Mas Benny Arnas,” emoticon senyum tak lepas dari chat kalian. Aku bahagia Tuan, sungguh.
Dan entah mereka mengobrol apa saja, yang pasti ada perasaan lega di hati Nonaku yang sedari pagi tak bersemangat sama sekali. Padahal pekerjaannya menumpuk. Tuan, cepatlah ke mari, Nonaku ini membutuhkan engkau di sisi. Tuan, jika engkau ada di sini, kau pasti akan tahu bagaimana dia bertahan untukmu. Jika pun engkau tak dapat memberinya kebahagiaan dunia nantinya, setidaknya berikan rasa nyaman pada batinnya. Jangan buat dia bersedih ya? Aku mohon.
***
00.51 WIB
Rabu, 16 Februari 2016
Nonaku masih terjaga, aku yakin dia sedang menunggu kabar darimu. Ah, Tuan! Bukankah engkau berjanji akan mengabarinya jika sudah pulang? Nona, tidurlah. Mungkin Tuanku sudah tidur karena kelelahan. Jangan menunggu lagi karena aku takut kau kecewa. Jaga kesehatanmu.
“Sudah sampai belum? Met rehat ya.”
Satu menit. Dua menit. Tak ada jawaban.
Nonaku membuka facebook-nya, memastikan lelakinya masih online atau tidak. Membaca postingan-postingan di wall post FB itu, ya di sana.

Kyuzaki (nama disamarkan): Kok malam sih… besok saja, Bang. Siapa tahu ketemu dengan saya.

Salah satu komentar itu seketika membuat Nonaku terdiam. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya saat ini. Tuhan… Nonaku mungkin cemburu. Sabarlah Nona, Tuanku pun mungkin tidak mengenalnya, khusnudzon-lah dengan pikiranmu, aku tak mau melihatmu menangis lagi! Toloong!!
"Met rehat ya, mimpi indah."
Aku mengintip message di outbox message-mu yang baru saja kau kirim kepada Tuanku. Alih-alih meredakan rasa cemburu, kau kemudian memutar mp3. Betapa pun aku terenyuh saat engkau memejamkan matamu, lalu mendekapku di dada. Terdengar jelas olehku, kau berusaha menyembunyikan isak itu dengan begitu senyap. Dengan masih memelukku, semakin erat-dan erat lagi-air mata itu mulai jatuh satu-satu, andainya engkau melihatnya, Tuan.
Sepuluh... Dua puluh... aku menghitung menit-menit yang membuatku serasa beku. Kuperhatikan wajahnya, memastikan ia sudah pulas.
***
Sepagi ini, kulihat Nonaku sibuk di depan komputernya. Atau lebih tepatnya dia belum tidur sejak semalam. Matanya kuyu, sesekali memijati kepalanya yang kurasa sangat pusing dengan segala tugasnya. Lantas mengambil secarik kertas dan pulpen, rupanya ia hendak mengirimkan kado untukmu Tuan. Tepat hari ini 23 Februari.

Dear Kekasihku,

Kukirimkan suratku dengan segala kerinduan yang ada di muka bumi, tentang kesetiaan, harapan, romantisme, yang tak henti-henti kurajut untukmu. Semoga engkau pun menyemogakan segala harapan yang aku harap-harapkan. Semoga engkau selalu dalam lindungan Allah; Sang Maha Cinta.
Sebelumnya aku ingin meminta maaf, karena kado yang kuberikan ini sangatlah sederhana. Maafkan aku yang selalu saja mengecewakanmu, Mas.
Satu keinginan yang kuharapkan hanyalah aku ingin kisah kita abadi, direstui oleh semua pihak, bahkan semesta. Doaku, aku inginkan sehidup semati denganmu, aku tak inginkan apa pun selainnya. Apa engkau mau, Sayang? Aku masih saja gadis kecilmu yang pencemburu, konyol, egois, dan aku tetap tidak mengerti mengapa engkau mencintaiku karena semua sifatku itu, Mas. Apa ada yang salah denganmu? Apakah cinta yang salah? Aih, kamu selalu membuatku bertanya-tanya. Yang pasti, aku hanya ingin hidup bersamamu. Selamanya…

Kekasihmu,
Lavira Az-Zahra

Tuan, aku berharap setelah kau baca surat ini, hatimu sedikit lembut untuknya, dia hanya membutuhkanmu, bukan aku atau siapa pun. Tak ada artinya perantara segala hadiah untuknya jika engkau pun menjauhi bahkan tidak peduli terhadapnya. Aku ingin memberitahumu, dia pernah berbisik padaku, bahwa ia hanya menginginkan ketulusan, perhatianmu, karena itu yang membuatnya bertahan hidup. Tuan, aku dapat menghangati raganya, tapi bukan jiwanya. Dengan segala risalah kerinduannya, itulah doa-doa yang membuatmu bahagia, bukan hanya kesenangan dunia namun juga kebahagiaan akhirat nanti. Di sini, ada satu kisah, yang selalu abadi, tak pernah usai, tanpa mengerti kemarau atau pun hujan. [*]

Rabu, 02 Maret 2016

Siluet Hati

Ini sebuah pengakuan dari hati yang terdalam, teruntuk siluet hati yang kini mengisi hari-hari saya menjadi semakin berarti... (Siapa dia? Sebagian besar dari kisah ini adalah curahan yang sebenarnya... tapi bukan berarti semuanya reality ya... happy reading)


...
Dear Senja warna ungu,
Jangan tanya
Mengapa kumenangis,
Karena aku sendiri tak tahu
Bagaimana aku nanti
Bisa menjelaskannya
Ada hujan di sini...
Bukan cinta
Ada hujan di sini
Bukan rindu
Ada hujan di sini
Air mataku
...

"Tiap denting itu menyadarkanku akan waktu yang secepat kilat bergulir membawaku ke usia 20 tahun. Dan kini tepat 15 Desember 2013 yang sunyi. Kumasih menyebut nama itu yang kusebut 'masa lalu'. Senja itu indah, namun kehilangannya membuatku membenci suasana ini. Sunyi tanpa kata darinya. Kehadirannya yang hanya sekilas, semusim melalui waktu bersamanya dan jujur dia adalah pacar pertama yang pernah kumiliki."

Vira, gadis bermata bening itu menuliskan kisah hidupnya, mengadu pada diary ungunya. Iwan, nama masa lalunya, begitu dalam sosok itu masuk dalam pikiran dan hatinya. Keseharian yang dulu dikenangnya, berkeluh kesah bersama, membagi kisah bersama. Dia masih menyimpan semua itu menjadi memori yang takkan terhapus oleh virus apapun. Meski dia sudah memiliki cinta yang lain, tapi kenangan tetap saja kenangan.

***

Merupa denting rindu
Pada rerintiknya yang membasahi bumi cintaku
Adalah rasa bertabur kidung kirana
Tereja bersama bias bianglala
Melesap ke dalam lubuk jiwa paling didamba; paling dicinta...

Vira tergugu, membaca puisi sesorang yang diam-diam merebut perhatiannya. 'Apakah ini pengakuan?' Terbesit tanya yang mendalam atas rasa yang Tuhan hadirkan saat ini. Setelah lewat cerpen, apakah dia akan merebut seluruh perhatian Vira? Mungkin saja jawabnya 'ya'. Kali ini hujan telah berhasil menyemaikan cinta Vira, 'mungkin dia terlahir untukku... ups bukan, tapi aku terlahir untuknya, mungkinkah?' Vira sibuk bertanya-tanya dalam hati, senyum simpul itu mengembang begitu saja. Untuk sesaat, dia melupakan sosok Iwan dari pikirannya. Marun merona di pipinya.

Rerintik pula mengusik hatiku mulai merindumu
Lelaki hujan, lesap cintamu mulai menyemaikan cintaku
Kanvas hidupku mulai berwarna karenamu
Mungkinkah jua engkau adalah sandaran hati dari-Nya?
Dia balas puisi itu masih dengan senyum mengembang, sejenak ia memejamkan mata. Kembali wajah Iwan membayang di pelupuk mata. 'Astagfirulloh, jangan biarkan aku tenggelam dalam lautan cinta yang nantinya akan menenggelamkan aku ke dasarnya.' Kembali Vira bermain dengan intuisi hatinya. Antara rasa ingin melupakan dan mengenangnya.
Yach, Vira belum dapat melupakan Iwan secepat itu, tapi yang pasti dia harus bisa. Karena Iwan telah bahagia, dengan hidupnya, tanpa ocehannya tanpa memikirkan Vira. 'Aku melepasmu karena ingin melihatmu bahagia' Itu kata-kata terakhir yang Vira ucapkan untuk masa lalunya. Mungkinkah cinta selamanya tak mesti memiliki? Lagi-lagi kata bijak itu menggelayuti hatinya, bertanya-tanya. Siapa cintaku?

***

10 Februari 2014
Hari ini Vira menjemput seseorang yang selama ini membuatnya tersenyum penuh arti. AM, itu inisial yang tersemat manis di hati Vira saat ini. Pelataran Masjid Baitunnur Blora, yang tepatnya sekitar Alun-Alun Blora, pusat kota. Seorang pria sabar menunggunya, membawa tas punggung dengan kemeja warna hitamnya berdiri tepat di depan masjid seperti janjinya.
"Assalamualaikum," satu salam menyadarkan Vira yang terlihat bingung mencari seseorang.
"Wa'alaikumsalam," balasan salam lembut terdengar.
Satu, dua, tiga, sepersekian detik keduanya bertatapan. Tanpa kata. Dapat terlihat keduanya salah tingkah, kata-kata yang dari rumah disiapkan Vira lenyap seketika.
"Sudah lama Kak?" Vira mencoba mencairkan suasana.
"Sekitar 15 menit kayaknya, satu jam pun nggak masalah jika menunggu kamu," tawa kecil keduanya menggema.
Pagi ini jalan masih lengang, hanya satu dua orang yang telihat melakukan rutinitas pagi.
"Kakak bisa aja, udah yuk jalan aja, rumahnya deket kok dari sini,"
Amir mengangguk tanda setuju, tersenyum simpul, binar mata di keduanya mengisyaratkan cinta yang terbalas.
"Hmm, rasanya aku akan lama di sini, nggak pa-pa kan?"
"Tentu aja nggak pa-pa kak, nggak ada yang larang, terkecuali kalo pacar kakak marah, hehe"
"Hmm, kamu masih ragu yach sama status aku?"
Vira diam, menghentikan langkah kakinya. "Aku nggak mau mengulang kesalahan yang sama aja Kak, sebelum aku terperangkap jauh, yang pasti sebisa mungkin aku mengendalikan rasa ini aja,"
"Dan aku minta, kepercayaanmu ya, pertemuan kita bukan kebetulan kan? Ada takdir yang mengatur jodoh, dan Tuhan nggak akan salah dengan keputusannya, termasuk dengan hati kita."
Perkataan Amir, membuat hati Vira semakin pasrah, menyerahkan semua pada kehendak Ilahi. 'Ya, ini takdir-Mu' batin Vira berbicara.

***

Kisah ini terjadi atas kehendak-Nya. Di tempat yang sama, bukit Golf Blora kenangan itu terusik kembali.

..."Abi janji nggak akan ninggalin Umi?" Iwan tersenyum simpul mendengar pertanyaan itu.
"Mau Abi jawab apa?" pertanyaan balik itu begitu menusuk, bukan jawab yang didapat tapi... Ah, Vira tak mengerti mengapa dia mencintai Iwan.
"Nggak akan dan nggak akan pernah" jawaban itu hanya sekilas, seperti siluet yang membatasi langkah Vira tiap harinya, antara cinta dan benci yang ia rasa...

"Lalu gimana menurut ka..." Amir tak melanjutkan kata-katanya, dia sadar Vira terkenang masa lalunya.
"Hmmm, iya eh iya kak, kenapa?"
Amir tak menjawab, sesaat rasa cemburu melintas di hatinya. Dia hanya memejamkan mata.
"Maaf kak." Bulir hangat membasahi pipi Vira, senja ini sungguh menyiksa.
Sesaat kemudian, Amir menggenggam erat tangan Vira, "Hapus nama itu ya, biarkan aku memahami kamu seperti hujan yang memadamkan benci dan menyemaikan cinta di hati kamu," diusapnya air mata Vira. "Biarkan aku menggantikannya, tunggu aku. Sebagaimana aku menunggu hatimu seutuhnya hanya untukku." satu pelukan menenggelamkan keduanya dalam haru.
"Akan kucoba kak," jawaban Vira cukup membuat Amir tenang.
'Aku mencintaimu kak, saat ini aku bahagia bersamamu, aku hanya terkenang olehnya, tapi bukan berarti aku tak mencintaimu. Dia hanya masa lalu.'
"Apa kakak serius sama aku?"
Rintik hujan sedang menyemaikan cinta itu, ada cinta di kedua mata itu, Vira dapat melihatnya. Dan kini hujan menyatukan kepingan hatinya. Di balik rintik Amir membisikkan puisi yang pernah ditulisnya "Aih, jangan pernah kau meragu, ada rindu pada tiap rintik yang membasahi puing-puing hatiku, pun di sebalik senyum itu, ada bisik-bisik cinta yang menelisik ke dalam sukma"
Vira mendengarnya, jelas terngiang dan lekat dalam ingatannya...
Lelaki hujanku, bilamana rasaku rasamu jua, pun diriku untukmu adalah takdir-Nya, jagalah rasamu, biarkan kidung kirana membahana melalui suara hatimu, biarkan hujan meleburkan kita menjadi satu, satukan puing-puing hatimu dan hatiku"  Vira membalas puisi itu, membiarkan rintik menyemaikan rasa untuk siluet hati yang dicarinya. Hanya Amir.
"Aku dan kamu... Satu...
" Amir dan Vira mengucap janji itu, keduanya menatap langit senja warna ungu, dan hujan menyatukan dua kepingan hati itu untuk kurun waktu yang tak siapapun dapat menduga. Selamanya cinta akan tetap bersemi pada jiwa-jiwa yang merindu.

The End

Quote by Lavira Az-Zahra dan Muhrodin AM

Berbagai macam cara Tuhan menunjukkan rasa cinta pada hamba-Nya; bila sedang di bawah bersabarlah, dan bila sedang di atas, maka bersyukurlah... [*]

Orang dikatakan kaya jika hatinya bahagia, dunia itu terlalu murah bila dihiasi dengan kemewahan saja. [*]

Jarak antara sombong dan bangga itu tipis sekali. Maka pandailah kamu menempatkan diri. Apa yang perlu disombongkan di dunia ini? Bukankah Allah memiliki segalanya, sedangkan kita? Yang kita punya hanya titipan semata.[*]

Berjalanlah di depannya untuk jadi pemimpin yang dapat dijadikan teladan.
Berjalanlah sejajar dengannya untuk merangkul mereka agar tetap tegar.
Berjalanlah di belakang mereka untuk memberi motivasi menuju masa depan gemilang. [*]

Bersahabat dengan kejujuran, itu akan lebih menyenangkan dan akan membuat hidupmu terasa damai. Berteman kesetiaan, dan cinta akan menaungimu dengan ketentraman.[*]

Mempertanggungjawabkan janji itu sulit, namun dapat menjadi mudah jika kita tahu bagaimana cara memulai untuk menepatinya. [*]

Introspeksi diri sendiri itu lebih baik, daripada selalu mencari kesalahan orang lain. Dan meminta maaf, lebih mulia daripada mengharap orang lain melakukannya terlebih dulu, bahkan saat dirimu tidak merasa melakukan kesalahan. [*]

Terkadang kita terlalu sibuk mengomentari, dan lupa introspeksi diri. Ego itu perlu, tapi lihat situasi dan kondisi. [*]

Bukan perkara mudah, bila harus melawan arus. Namun keteguhan dan ketulusan akan menunjukkan jalan ke mana kita harus melangkah. [*]

Orang K-E-R-E-N:
1.Tahu bagaimana cara bersikap di mana pun ia berada.
2.Nggak mainstream, ikut-ikutan teman cuma ingin dibilang (Gaul). *alah ciptakan style-mu sendiri.
3.Setahu saya orang keren selalu rendah hati, nggak punya sedikit pun sifat sombong (low profile). [*]

Sadarilah bahwa hal termahal di dunia ini adalah kepercayaan, maka jangan sia-siakan setiap amanah yang harus kamu pertanggungjawabkan. [*]

Cinta itu sanggup menunggu, begitu pula aku. [*]

Menulis itu 'mudah' jika kamu tahu dan memahami dirimu sendiri dalam berproses. Jangan pikirkan hal-hal instan, 'gue pengen kayak gini' tapi nggak ada usaha. Sama aja bohong! Ingat, menulis itu proses pengembangan diri, kalo kamu pengennya yang instan aja tanpa capek tentu saja yang ada bukan realisasi, tapi cuma ambisi yang nggak tahu di mana ujungnya. [*]

Bukan soal waktu, namun niatlah yang yang menjadikan kita lebih dewasa. Bukan soal lamanya kita mengenal seseorang untuk menentukan seberapa paham kita terhadap orang tersebut. Namun, niat kita untuk mengenal yang akan memudahkan kita memahaminya. [*]

Sesederhana cintaku, sesederhana pula rindu yang selalu kuberikan untukmu. [*]

Izinkan aku menjadi bayangan, dan berjalan sejajar di sampingmu. Karena aku belum dapat ada di hadapanmu. [*]

Ketika kamu menemui sesuatu hal atau seseorang yang melakukan kesalahan, jangan tinggalkan dia. Jangan langsung mengatakan dia salah tanpa memberi alasan. Bimbinglah ia untuk seperti yang sebagaimana seharusnya. Bukankah kita diciptakan bukan untuk saling menyalahkan melainkan saling mengingatkan? [*]

Sekalipun kamu berkata benar, apabila terlalu sering kamu berbohong, maka takkan ada satu pun yang akan mempercayaimu. Ingatlah itu! Jangan hanya dibaca, namun pahami dan amalkan! [*]

FINALLY UPDATE! TERBIT GRATIS 2016

FINALLY UPDATE!! IT'S SO AMAZING! 150 NASKAH! Peserta Terbit Gratis 2016 Spesial Ultah Muhrodin AM - CV Pena House.

1.Cermin - F.A Brilyanti.
2.Cinta Berjuta Rasa - Risma Dwi Nur Anggraeni.
3.Di Balik Pohon Horse Chestnut - Vadenfah Rerisla & Al Kim.
4.En Door - Rahazlen Avelia.
5.Best Friend's - Nanik Puji Astutik.
6.About Love - Jerry Equardo.
7.#74 Sedap Nikmat Goyang Lidah - Endah Susanti Wulandari.
8.Lovely Dream - Silhouette.
9.Salaam dari Jannaat - Meilani Ambarwati.
10.Di Ujung Senja - Jack Li.
11.Satu Kisah Sejuta Rasa dan Asa - Muhammad David.
12.Ukhuwah Fillah Cinta - Sri Wahyuni Sastradiharjo.
13.Tragedi Sebuah Mata Air - Yatti Sadeli.
14.All About Lifya - Lifya.
15.Menemukan Allah - Moh. Ghufron Cholid.
16.Ik Ben Verloren - Astary Pinasti.
17.Sungai dalam Kepala - Denni Meilizon.
18.Kejujuran Hati Seorang Anak - Rakha Martadinata.
19.Timang Gadis, Perindu Ayah dan Penanya Bulan - Muhammad De Putra.
20.1 Hari Lelaki - Fridz Embu.
21.Sisi Lain Tentang Cinta - Heru Patria.
22.Honestly - Devi Cahyani Eka.
23.Tuah - Ahmad Fathoni.
24.Curahan Hati Pelacur Sajak - Panji Aswan.
25.Seriosa - Rizqi Dian Amanda.
26.Sepasang Sepatu Masa Lalu dan Kekasih Luka - Mia K, Charloz Daniel, dan Laura J.
27.Cinta di Rumah Gadang - Diana Tanjung.
28.Sembunyikan Airmatamu, Bersabarlah - D.A Akhyar.
29.Potongan Puzzle Nidia - Wulan Mulya Pratiwi.
30.Insan Utama - Thatie Lisya, dkk.
31.Sepucuk Kasih untuknya - Ghina Al Khair.
32.Bleeding Heart - Sinta Susanti.
33.Khotbah Renungan Tak Utuh Jarak dan Jagung - Muhammad Lefand.
34.#99 Bahasa Cinta - Andrian Eksa.
35.Remaja Broken Home - Eni Dwi Lestari, S.Pd.
36.Di Sudut Kenangan Lama - Cahaya Senja.
37.Tetesan Kata - Hasanatul 'Aini, Lifya, dkk.
38.Problems, Friend, and Love - Ferdiansyah.
39.Sugesti - Afsir Mlajah.
40.Kaba - Arbi Tanjung.
41.ABU: Aku Bukan untukmu - Dini NJH.
42.Yang Terlupakan - Inka Septianingsih.
43.Only You - Nuzulul Rahma.
44.Sabarlah Luka - M. Madun Anwar.
45.Rakit Batang Pisang - Agus Salim.
46.Dua Hati yang Berbeda - Riyan Prasetio.
47.Hujan Februari - Naila Syafitri.
48.What We Could be - Tiara Haibara.
49.Syair di Penghujung Senja - Mega Putri Wulandari.
50.Hikayat Buah Apel - Aldy Istanzia Wiguna.
51.Cahaya Cinta 2 Benua - Puput Andalusi, dkk.
52.Kotak-kotak Kata - Agyl Ramadhan.
53.Melukis Cinta Ibu - Nidhom Rijal & Brothers.
54.Sepenggal Puisi Buat Kamu - Kiky Rizqi.
55.Suara Hati - Muhammad Aripudin.
56.Peta ke Padang - Rantaudemister Chaniago.
57.Siapakah Jodohku? - Ali Anshori.
58.Monster - Erma Desy.
59.Untuk yang Terakhir - Welly Elvandari.
60.Lelaki Ompol - Encep Abdullah.
61.Kenangan dan Puisi Lainnya - Azmiati Latifah, dkk.
62.Surat untuk Luka - Alfa Anisa.
63.Chocodot Love - Juliana Harahap.
64.Sekta Persahabatan "Warna-warni dari Balik Jeruji Suci" - Fath Bintu Abiha.
65.Dialog Para Pecinta - Hanif Muis Mahmud.
66.#25 Menit Terakhir - Rizki Muliani Nasution.
67.Cinta dalam Lingkaran Iman - Nur Rahman Ar.
68.Setangkai Harapan - Musdhalul Mizan.
69.All About Love - Marissa.
70.Kepak Sayap Patah - Sutono Adewerna, dkk.
71.Ketika Jujur itu Salah - Warti Wahyuni.
72.Lentera Putih Muslimah - Nanik Puji Astutik, dkk.
73.Goresan Pena Ajaib - Sri Wulan Rezeki.
74.Kenangan - Koko Ferdie.
75.Love in The Darknest Palace - Fitri Haryani Nasution.
76.Sahabat Seperjalanan - Amelia Az-Zahra, dkk.
77.Sajak Sang Pena - Zis Al-Hakim.
78.Kulamar Kau tanpa Ijazah - Ghea Mirrela.
79.Bulan Menetas - Muhammad Fadhli.
80.Potongan dalam Pesta dan Kembara Belantara- Rozi Erduz Chaniago.
81.Dalam Secangkir Kopi - Eko Sutrisno, dkk.
82.Semesta Terdiam - Reandy Ramdiansyah.
83.Sapa - Suryadarma Isman.
84.Magic Love - Siti Umihanifah.
85.Other Side from Us - Afifatur Rohmah dan M. Khasmu Kholis.
86.After 11 Years - Dwika Tania.
87.Pergolakan Pemikiran Mengenai Pendidikan dan Bangsa - Dedi Suparjo.
88.Under The Rain For A Love - Aiko Arawati.
89.Jika Sampah Bisa Bicara - Dedi Wahyudi.
90.Kisah yang Telah Usai - Anisa Rahayu.
91.Rindu Hujan - Ayu Fauziah Lestari.
92.Kuntilanak Kebun - Aza Ana.
93.Telaga Tirta - Meria M. Napitupulu.
94.Amor - Febry Wulan Pangesti.
95.Sang Teratai dari Selatan - Kholidia Efening Mutiara.
96.Di Antara Kau dan Dia - Sugianto.
97.Sajak Cermin Kehidupan - Debi Pusahade (Fhatihade).
98.Langit Cerah di Tepi Rawa - Muhammad Yahya.
99.Langit - DD.
100.Alphabet Story Love - Ika Rahmadani Lubis dan Adjie Pratomo Amry.
101.Bait-bait Simfoniku - Melisa Citra Dewi.
102.Cuplikan Rona Kasih - Melina Sita Dewi.
103.Senja di Ujung Hati Mahya - Vivi Ao.
104.Bertahan atau Melepaskan - Tengku Malinda Ika Fitri.
105.Cinta yang Kau Restui - Gita Sri Jayanti.
106.Sahabat dalam Kaca - Arif Rahman Hakim.
107.Telaga Cinta - Yofal Yuliasman.
108.Kasih yang Tertinggal - Raden Rita Yusri.
109.Sajak-sajak Anjing Geladak - Sunaryo JW.
110.Antara Yes or No Berjilbab - Kurniaty Salam.
111.Jejak Lentera Sastera - Zham Sastera, dkk.
112.Sepotong Pizza untuk Bunda - Ifdhal Febrioza.
113.Lanun - Ismail Kusmayadi.
114.Kosong - Wulandari Septiani, dkk.
115.Pashmina Terakhir - Mutmainnah.
116.Tarian Ilalang - Widi Wulansari.
117.Risalah Rindu - Novia Safitri.
118.Tiga Serangkai - Wahyu Purbosari.
119.Syuhada in Love - Reni Safitri.
120.Hak Pelajar Pelanggan Remedial - Afsokh Q.
121.Syakura - Ratna Juwita.
122.Untuk Alam Kami Berpena - TIM GOE PGMI B STAIN KUDUS.
123.Dari Wajah ke Wajah - Ehen Hendri Hidayat.
124.Sketsa Teja - Firdaus Akmal.
125.Ketika Harus Memilih - Saharah Nur Latifah.
126.Perempuan Melawan - Nurul Fitratunnisa, dkk.
127.Ekuilibrium - Diata Ma.
128.Melodi Hati - Rohmah Ageng Mursita.
129.Orang Ketiga - Nurrahmah SF.
130.Ayah - Reski Muchu Kissky.
131.I'm (not) Alone - Aulia Aflahah.
132.Tuah Cinta Uang Rp 2000,- Mus Aminingsih.
133.Goresan Pena 24/7 Ways - Rafli Alif Pambudi, dkk.
134.Setiap yang Bernyawa Pasti akan Mati - Taufik Salendra.
135.Aksara Bersampul Biru - Masyaa.
136.Mr. Latte - Ayu Kusuma Wardani.
137.Syair-syair Iktiraf Jiwa - Imam Aris Sugianto.
138.Saipi Angin - Bang Try Al Ambarawiy.
139.Mondok Ben Mundak - KH. Aminuddin Masyhudi DSS.
140.Ketika Cinta Bicara - Eva Erviana dan Desmi Anum Valerieadella.
141.Siluet Pelita Ilmu - Rahmatia Kadir.
142.Senandung Rindu - Alsashi dan Vina Sri Wahyuni.
143.Are You, Mr. Right? - Aluna.
144.Sampaikanlah walau Satu Ayat - Khusnul Khatima Takdir.
145.Keputusan Hati - Rissma Inarundzih.
146.Sangkabulan - Sastrawan Pasaman Barat.
147.Jejak-jejak Kata - Gakuzei.
148.Hujan - LPM Paradigma.
149.(Bukan) Wanita Kedua - Melly Waty.
150.My Soul - Haniek Himatul Hanifah, S.A.P.

Silakan menunggu jadwal terbit yang akan kami share 5 hari lagi via email dan FB. Stay FB Virra Mygeisha atau Lavira Az-Zahra. Pertanyaan langsung via inbox, SMS/Whatsapp di 08995718264, atau pin bbm 523AE54F.

*Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti situasi dan kondisi.
**Terbit berkala karena naskahnya ada 150 grin emoticon Bayangkan gimana kami ngerjainnya.
***Stay calm and keep write!

Salam Sukses,
Lavira Az-Zahra dan seluruh lini CV. Pena House.

Pertanyaan Kepada Kesetiaan




Pesisir pantai Menganti. Tepatnya saat ini aku sedang menanti senja berganti malam bersama seorang lelaki yang amat kucintai. Dua tahun lalu, kami berjanji saling memercayakan perasaan kami pada pantai ini.
Saksi bisu sebuah perasaan yang masih tetap suci. Ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya hari ini, tepat anniversary kedua, di tempat yang sama.
“Mas, apa benar, orang baik itu hanya selalu dibutuhkan saat tertentu saja?” Mas Am yang sedari tadi memainkan pasir, entah apa yang ia pikirkan, mendongak kepadaku kemudian melempar senyuman.
“Jika orang baik diperlakukan seperti itu, maka tidak ada yang mau menjadi orang baik, Dik.”
“…,” aku mengernyitkan dahi, menunggu kata-kata lagi yang mungkin keluar darinya.
“Jika orang baik diperlakukan seperti itu, aku tidak akan membutuhkanmu setiap waktu,” dia kemudian menuliskan sesuatu di atas pasir.
“Maksudnya, apa aku ini orang baik, Mas?”
“Jika pun kamu bukan orang baik, setidaknya kita sama-sama sedang memperbaiki diri, ‘kan? Masih seperti dua tahun yang lalu, masih hal dan perasaan yang sama, seperti yang kita rasakan.”
Ia menunjuk tulisan di atas pasir, bertuliskan AM & LA. Ada sesuatu yang mendesir di darahku, apa setia itu seperti ini? [*]

Blora, 27 Februari 2016.

Selasa, 23 Februari 2016

Terbit Gratis 2016 CV Pena House

Hai-hai, ingin mengulang kesuksesan pada Terbit Gratis season 1.
Program ini kami adakan kembali spesial Ulang Tahun Muhrodin AM - Pimpinan Redaksi II Pena House.
Mau naskahmu kami terbitkan gratis? Yuuk simak syarat dan ketentuannya sebagai berikut:
1.Naskah fiksi (Novel, Kumpulan Puisi, Kumpulan Cerpen, dll) genre bebas (islami, teenlit, romance, dll) atau naskah non-fiksi (artikel, tips, essay, dll) tidak mengandung unsur SARA.
2.Bersedia mengikuti saran-saran penerbit atas penerbitan karyanya.
3.Naskah asli/bukan plagiasi.
4.Kirimkan naskah beserta kelengkapan (kata pengantar, daftar isi, biodata penulis, blurb/backcover) ke email kami dengan ketentuan naskah sbb:
-Panjang naskah 70-100 halaman A4.
-Spasi 1,5.
-Margin 3-3-3-3.
-Times New Roman 12.
5.Kirim ke email kami: laviraazzahra93@gmail.com dengan subject: TERBIT GRATIS ULTAH AM_GENRE_JUDUL NASKAH_NAMA PENULIS.

Pengiriman naskah: 1 - 29 Feb pukul 23.59 WIB.
Jadwal Terbit: 16 Maret 2016.

Catatan: Semua naskah akan melewati tahap editing, diharapkan apabila diminta untuk revisi, penulis harus siap guna memperbaiki naskahnya hingga layak terbit.

Contact Person:
SMS/Whatsapp: 0899 571 8264
BBM: 523AE54F
FB: Virra Mygeisha.